Gereja Raya

Para Bapa Gereja, lukisan abad ke-11 dari Kiev

Gereja Raya (bahasa Latin: Ecclesia Magna) adalah istilah yang digunakan di dalam historiografi Kristen perdana sebagai sebutan bagi Gereja pada kurun waktu tahun 180 sampai tahun 313, yakni jangka waktu antara agama Kristen purba sampai dengan legalisasi agama Kristen di Kekaisaran Romawi, kurang lebih sama dengan kurun waktu yang sekarang disebut zaman Ante-Nikea. "Tidak salah jika zaman itu disebut zaman Gereja Raya, menilik angka pertumbuhan Gereja, perkembangan konstitusionalnya, dan aktivitas teologisnya yang intens."[1]

Gereja Raya juga didefinisikan sebagai "Gereja yang dibela tokoh-tokoh seperti Ignasius dari Antiokhia, Ireneus dari Lyons, Siprianus dari Kartago, dan Origenes dari Aleksandria, serta disifatkan sebagai Gereja yang menganut satu ajaran tunggal dan memelihara persatuan segenap anggotanya sekaligus menentang perpecahan sempalan-sempalan, misalnya gnostisisme, dan bidat-bidat".[2]

Pada permulaan abad ke-4, Gereja Raya, yang sekarang ini diistilahkan pula sebagai Gereja katolik (semesta) atau Gereja yang am,[3] sudah mencakup 15% populasi Kekaisaran Romawi, dan sudah siap dari segi jumlah maupun struktur untuk menjalani peran selaku Gereja negara, sampai akhirnya resmi menjadi Gereja Negara Kekaisaran Romawi pada tahun 380.[4] Meskipun demikian, kiranya keliru untuk "terlampau menonjolkan tampilan-tampilan lahiriah baru dari Gereja sehingga menyepelekan kesinambungan historisnya".[5] Gereja dengan tampilan-tampilan lahiriah baru tersebut masih Gereja yang sama dengan Gereja Purba.

Roger F. Olson mengemukakan bahwa "menurut catatan sejarah teologi Kristen yang disusun Gereja Katolik, Gereja Raya yang bersifat katolik sekaligus ortodoks bertahan hidup di belahan Dunia Barat dari zaman para rasul sampai sekarang ini, dan semua uskup yang masih bersatu dengan Uskup Roma merupakan hierarkinya",[6] atau seperti yang dikemukakan sendiri oleh Gereja Katolik, "Gereja ini, yang dibentuk dan ditata di dunia sebagai sebuah paguyuban, berada di dalam Gereja Katolik, yang dipimpin pengganti Petrus bersama uskup-uskup yang bersatu dengannya, sekalipun ada banyak unsur pengudusan dan kebenaran yang dapat ditemukan di luar struktur lahiriahnya."[7]

Kesinambungan Gereja Raya yang tanpa jeda juga dibenarkan Gereja Ortodoks Timur. "Gereja Ortodoks berpandangan bahwa Gereja Raya pada Abad Kuno (hampir sepanjang milenium pertama) terdiri atas jagat Ortodoks Timur (kebatrikan-kebatrikan Bizantin yang dikepalai Imam Besar Gereja Konstantinopel beserta Gereja-Gereja Ortodoks Slavi) di satu sisi, dan Gereja Katolik Barat yang dipimpin Imam Besar Gereja Roma di sisi lain."[8]

  1. ^ Karl Rahner. Encyclopedia of Theology: A Concise Sacramentum Mundi Diarsipkan 2023-08-02 di Wayback Machine.. A&C Black; 1 Januari 1975. ISBN 978-0-86012-006-3. Early Church. hlmn. 375–376.
  2. ^ The A to Z of the Orthodox Church Diarsipkan 2023-08-02 di Wayback Machine.. Rowman & Littlefield; 2010. ISBN 978-0-8108-7602-6. hlm. 143.
  3. ^ "Robert W. Allison, "Early Christianity: Diversity, Conflict, Self-Definition and Dominance" (The Wabash Center)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-27. Diakses tanggal 2021-03-30. 
  4. ^ Pahner hlm. 378
  5. ^ Rahner hlm. 375
  6. ^ Roger E. Olson. The Story of Christian Theology: Twenty Centuries of Tradition Reform Diarsipkan 2023-08-02 di Wayback Machine.. InterVarsity Press; 1 April 1999. ISBN 978-0-8308-1505-0. hlm. 278.
  7. ^ "[[Lumen gentium]], 8". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-09-06. Diakses tanggal 2021-03-30. 
  8. ^ John Anthony McGuckin. The Eastern Orthodox Church: A New History Diarsipkan 2023-08-02 di Wayback Machine.. Yale University Press; 17 March 2020. ISBN 978-0-300-25217-0. p. 7.

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search